Kebangkitan Eropa Pasca Perang Dunia 2

Berakhirnya perang dunia 2 telah menyisakan kehancuran yang demikian parah khususnya di benua Eropa. Jerman yang sebelumnya adalah negara adidaya, kini tidak lebih dari reruntuhan yang wilayahnya terbagi diantara 4 negara besar yaitu Inggris, Amerika, Prancis dan Uni Soviet.

Negara-negara Eropa ingin bangkit kembali dari keterpurukan mereka. Namun berakhirnya perang dunia 2 justru membuat Eropa memasuki sebuah dunia yang baru dimana 2 negara adidaya dengan ideologi yang berbeda saling bersaing untuk memperluas pengaruhnya masing-masing di dunia. Dalam dunia yang seperti ini dapatkan Eruopean Recovery Program dapat membangun kembali Eropa yang sedang terpuruk.

Marshall Plan dimulai dengan adanya perjanjian kerja sama ekonomi antara Amerika Serikat dengan negara-negara penerimanya. 12 Juli 1947, sekitar 16 negara Eropa menghadiri konferensi CEEC yang diselenggarakan di Paris Prancis. Pada awalnya Uni Soviet dibujuk Inggris dan Prancis untuk menjadi salah satu dari 3 negara besar yang akan menyusun rencana bantuan tersebut.

Namun permintaan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Uni Soviet yang memilih untuk tidak berpartisipasi sama sekali karena khawatir jika bergabung didalam CEEC, Soviet maupun sekutunya harus menerima expor dari Amerika Serikat dan mematuhi sistem kapitalis Brettmon Woods. Dengan kata lain, sama saja Uni Soviet bunuh diri secara perlahan dengan membuat dirinya dan sekutunya tercemar sistem kapitasilme yang merupakan lawan utama dari ideologi mereka.

Pada awalnya ada sekitar 16 negara yang ikut proyek ini, pada meeting CEEC Amerika mengusulkan Jerman barat menjadi salah satu negara yang menerima bantuan dari Marshall Plan. Namun hal ini sangat mengagetkan dan membuat Prancis menjadi khawatir karena mereka harus bekerja sama dengan musuh bebuyutan mereka. Meski begitu, Amerika memahami Jerman memiliki sejarah sebagai salah satu aktor utama dalam perekonomian di Eropa.

Jika perekonomian di Jerman barat tidak dibangun maka Eropa akan kehilangan salah satu aktor yang menjaga kestabilan ekonomi dan politik di Eropa. Saat Jerman mengalami kehancuran, Amerika mengalami kerugian karena kehilangan komoditas-komoditas Jerman. Tidak mengherankan jika Jerman barat turut dimasukkan sebagai negara penerima dari proyek ini dan menjadikan jumlah anggota menjadi 17 negara.

 

Marshall Plan Sebagai Kebijakan yang Berjasa Atas Pulihnya Eropa

Masyarakat Amerika Serikat sendiri sebenarnya menolak rencana Marshall Plan karena menurut mereka program ini hanya akan membawa beban bagi Amerika setelah perang dunia. Mengapa Amerika tidak kembali mengisolasi diri seperti sebelumnya, dan berfokus membangun negaranya sendiri. Mereka berpikir bahwa anggaran sebenarnya tersebut bisa digunakan untuk hal-hal penting lainnya seperti investasi dibidang infrastruktur dan pertahanan.

Menyadari permasalahan tersebut, pemerintah Amerika berusaha mensosialisasikan rencana, tujuan serta manfaat dari program ini dan meyakinkan publik bahwa program ini akan berpengaruh secara positif bagi pertumbuhan perekonomian di Amerika. Pemerintah menjelaskan negara-negara Eropa yang ekonominya belum pulih akan menggunakan dana tersebut untuk mengimpor produk dari Amerikan dan meningkatkan Ekspor dari Amerika.

Melihat potensi tersebut, masyarakat bukan hanya sangat senang mendengarnya, dengan cepat mereka menjadi pendukungnya. Masyarakat tentu masih ingat, ketika Great Depression melanda Amerika yang menyebabkan sekitar seperempat dari penduduk Amerika hidup dalam kemiskinan dan pengangguran. Marshall Plan dianggap sebagai salah satu cara untuk mencegah terulangnya kejadian tersebut.

Dalam pelaksanaannya, mayoritas program-program Marshall Plan berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini terjadi karena dukungan yang kuat dari masyarakat Eropa dan juga pengawasan Amerika melalui lembaga-lembaga independen yang berjalan dengan baik. Organisasi ECA juga mendorong anggota-anggotanya untuk merancang dan membuat pasar bebas. Pasar ekonomi bebas secara langsung mengajak anggotanya bekerja sama dan menghilangkan perselisihan di masa lampau, seperti rivalitas Prancis dan Jerman.

Marshall Plan sukses berjalan dengan hampir tidak adanya kasus korupsi, penipuan uang dan hal-hal lainnya yang mempengaruhi berjalannya program tersebut. Kelak, Marshall Plan akan sangat mempengaruhi pendirian dari organisasi Nato pada tanggal 4 April 1949. Marshall Plan sukses membuat perusahaan-perusahaan Eropa bangkit dari keterpurukan dan mengajak berbagai negara Eropa menganut sistem ekonomi liberal.

Meskipun begitu bukan berarti tidak ada negara yang nakal dalam menggunakan dana dari Marshall Plan. Belanda yang kehilangan koloninya dalam perang dunia 2, menginginkan agar Hindia Belanda kembali kepangkuannya. Belanda mencoba menggunakan dana yang mereka dapat dari Marshall Plan untuk mengembalikan kekuasaan mereka. Karena ulah Belanda yang menggunakan dana secara nakal, Amerika mengancam menghentikan dana bantuan mereka.

Peristiwa ini kelak akan membawa respons internasional yang membuat Belanda semakin kualahan. Hampir semua negara seperti Amerika Serikat, Uni Soviet, Norwegia, Australia, India dan lainnya mengecam aksi agresi militer Belanda yang menginginkan Indonesia kembali kedalam kekuasaan kolonial mereka. Akibat tekanan internasional, Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia dan mengembalikan banyak wilayah Indonesia.

Related Post